Kolase Kayu

nanisura
2 min readMar 14, 2024

--

Photo by Cloris Ying on Unsplash

Tiga pasang sandal tergeletak di dekat pintu.
Batang sukulen yang patah berceceran di sebelahnya.
Bau rokok.

Tumpukan sukulen lain tidak terjamah di sebelah dua helm berdebu.

Langit masih mendung bekas hujan deras tiga jam yang lalu.
Dia bangkit dari tidurnya, berjalan ke arah dapur dan menyeduh kopi saset yang dulu tidak diminumnya.
Dia melakukan semua hal yang dibenci Karina.

Empat minggu dan tidak ada perubahan sama sekali.
Rian masih tidur di depan tv.
Saset kopi bekas seduhan menumpuk tidak dibuang.
Syal dongker bergantung hampir jatuh di kursi malas.

“Kenapa kamu tidak bilang?”
“Karina, saya sudah berusaha menelepon tapi tidak tersambung,” suara Rian tertutup hujan.
“Tapi hp aku nggak rusak, Rian. Kenapa?” air matanya mengucur.
“Saya minta maaf, Karina.”
Karina terisak di dalam hujan sambil menunduk. Syal dongkernya basah kuyub dengan rambutnya yang terurai. Tidak ada wewangian malam ini.
“Aku minta maaf, Yan.”
Kalimat terakhir yang dapat didengar Rian.

Karina berbalik meninggalkan Rian yang mematung.
Tidak ada kehendak untuk menahan Karina barang memegang tangannya.

Beberapa detik berikutnya adalah neraka yang diamini Rian.
Sebuah mobil melaju kencang dan menabrak tubuh orang di depannya. Rem berdecit terdengar beberapa meter jauh setelahnya. Orang-orang di sekelilingnya berlari ke arah orang tersebut.
Rian mematung.
Seluruh dunia berdengung dan berputar.
Orang-orang berteriak meminta pertolongan.
Hujan semakin deras.

Seandainya Saya tidak mengenal Karina..
Seandainya bukan Saya yang Karina pilih..
Seandainya..
Seandainya..

Seandainya Saya melihat waktu.
Kolase kayu yang seharusnya bisa dikerjakan kemudian, entah kenapa malam itu terasa mudah hingga membuat Karina menunggu sangat lama. Saya melakukannya lagi, Karina. Tenggelam di dunia yang akhirnya membuatku kehilanganmu selamanya.
Tidak ada selamanya untuk kita, Karina.
Kolase kayu rumah impianmu percuma.

Rian menyalakan batang rokok terakhir di ujung ambal.
Belum sampai apinya ke ujung rokok, dia menunduk.
Hujan kembali deras di luar.
Menutup isak tangis Rian yang belum selesai.

Tidak ada selamanya untuk kita, Karina.

--

--

nanisura
nanisura

Written by nanisura

a journey into the world of writing, eager to learn and improve

No responses yet